Jika ingin pernikahan yang lebih sederhana karena pandemi, tentunya harus rembuk dulu.

Namun akhirnya mereka urungkan itu semua, hingga ijab kabul hanya dilakukan di KUA dan resepsi baru dilakukan Maret 2022 ini. Itu pun dengan protokol kesehatan yang ketat. “Kalaupun aku sudah hamil, tetap akan mengadakan resepsi. Tapi tidak akan mengundang banyak orang. Banyak rencana yang harus ditata ulang karena Covid. Pernikahan impian pun terpaksa harus disimpan, walaupun beberapa ada yang sudah sesuai harapan,” ujar tenaga kesehatan salah satu rumah sakit umum swasta itu.

 

Hal serupa juga dilakukan oleh Nawi Kurniawan (44 tahun). Warga Bandung ini mengaku sudah melangsungkan pernikahan secara sederhana pada pertengahan Maret lalu. ‘’Sederhana saja, karena kami juga sudah sama-sama berumur,’’ kata dia saat dihubungi pekan lalu.

 

Karyawan swasta ini memilih melangsungkan pernikahan di rumah calon istri dan hanya mengundang keluarga dekat. Selain pertimbangan biaya yang lebih irit, tentu juga pilihan menikah secara sederhana juga menimbang masalah pandemi yang belum usai meski kasus positif terus melandai.  ‘’Bagi kami, hal yang  paling penting adalah kehidupan setelah pernikahan,’’ ujarnya.

 

Perencana keuangan OneShildt, Rahma Mieta Mulia, mengatakan seusai pandemi menikah tetap harus dipikirkan sejak lama terkait dananya. Minimal, dua tahun sebelumnya itu sudah waktu yang santai untuk bersiap-siap.

gema saputera/unsplash

FREEPIK

top

“Boleh aku bilang, misalkan kondisinya normal, nggak kayak gini lagi, dan baru mau mulai nabung persiapan dana, itu waktunya dua tahun lah paling santai. Tapi kalau mau lebih pendek, harus lebih keras yang disisihkan,” ucap dia dalam Live Instagram OneShildt bertajuk ‘Persiapan Pernikahan Zaman Now’.

 

Menyiapkan dana menikah sama dengan menyiapkan dana-dana lainnya, karena menikah itu bukan hanya diri kita sendiri, ada calon pasangan dan keluarganya juga. Jika ingin pernikahan yang lebih sederhana karena pandemi, tentunya harus rembuk dulu. “Kalau soal nikah, berarti kita cari sahnya dulu, sah secara agama dan secara negara, sama mas kawin. Setidaknya tiga hal itu. Kalau pesta itu opsional, tergantung masing-masing keluarga,” ujar Mieta lagi.

 

Selain itu, bisa dipikirkan juga mau nikah mewah tapi tidak bisa beli rumah atau menikah sederhana tapi bisa beli rumah setelah sah. Ini bergantung pada pribadi masing-masing. ''Kalau zaman dulu mungkin laki-laki yang  harus menyiapkan semuanya, tapi kalau sekarang perempuan juga bisa beli aset,'' ujarnya.

fahmi ramadhan/unsplash

Bagi kami, hal yang paling penting adalah kehidupan setelah pernikahan.

Menikah bukan hanya untuk satu hari, tetapi untuk kehidupan berkeluarga jangka panjang setelahnya. Jadi harus dipersiapkan dengan matang biaya pernikahan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan saja.

Sebelum pandemi merebak, euforia pernikahan bisa dimulai jauh sebelum hari H pernikahan itu berlangsung. Ada yang melakukan bridal shower bersama teman dekat, foto-foto pranikah, hingga tradisi mengundang banyak orang dalam resepsi pernikahan.

 

Namun, saat pandemi merebak, seluruhnya berubah. Semua keriuhan menjelang hingga saat pernikahan menghilang. Kini, pesta pernikahan dibuat lebih sederhana dengan tamu terbatas dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

 

Mengambil hikmah dari pandemi, salah seorang warga Depok, Tiara Lisna (29 tahun), mengaku hanya melakukan prosesi ijab kabul di Kantor Urusan Agama (KUA). “Prediksiku, ke depannya bakal banyak yang nikah sederhana dan nggak malu,” ujar dia saat dihubungi Republika.

 

Sebelum akhirnya ia menikah pada Juni 2021 lalu, saat varian Delta menggila, ia mengaku sudah mengumpulkan uang bersama sang suami. Dan karena orang tuanya berasal dari Padang, sudah cukup panjang daftar keluarga besar dan kerabat yang akan diundang.

Masa Pandemi

Pernikahan Sederhana

Bujet Jangan Mepet

Pemilik WO (wedding organizer) D’Best Moment, Farida Meliana, menceritakan bagaimana pandemi membuat dirinya harus berpikir dengan berbagai macam cara. Sempat juga mati kutu, karena pemerintah sama sekali tidak mengizinkan, mulai dari akad atau resepsi pernikahan di awal-awal pandemi.

 

Namun setelah banyak evaluasi, akhirnya pemerintah sudah mulai sedikit membuka untuk acara akad, sampai akhirnya resepsi sudah dibolehkan lagi. Tapi pembatasan yang ada membuat pihaknya dan mempelai, harus berpikir ekstra lagi.

 

“Misal yang tadinya mau bikin pesta besar tapi dibatasi, jadi hanya boleh undang 50 orang saja. Dan kita para WO dan kedua mempelai harus bisa beradaptasi dengan keadaan. Sekarang WO saya ini, sampai kami jadi harus siap di last minute wedding,” papar Farida.

Ada yang berencana menikah Maret, lalu karena dilarang jadi harus berubah, ketika Agustus sudah dibolehkan, akhirnya langsung minta diadakan bulan itu juga. Ada juga yang tadinya hendak menikah 2023, jadi dipercepat di 2022 karena tahun depan keadaan masih belum pasti. “Jadi kalau ditanya saat pandemi ini, pengantin makin banyak nggak sih? Memang banyak ya, karena ya itu mending nikah sekarang aja deh daripada nanti-nanti kita nggak tahu gimana keadaannya,” ujar Farida lagi.

 

Dan saat pandemi ini, ia juga menyarankan untuk undangan pernikahan baiknya bentuk digital saja, karena jika ada perubahan itu gampang diubahnya serta lebih murah biayanya dan lebih aman. Untuk  menyewa tempat juga tidak dapat memilih beberapa tanggal.

 

Selain itu, tak sedikit impian para kliennya yang harus diubah akibat pembatasan pandemi. Tapi salah satu keuntungan memiliki WO adalah mereka akan berusaha memenuhi impian klien. Mulai dari akad, prosesi salaman dengan tamu undangan, dan lainnya, semua akan ditata dengan teratur.

Freepik

“Kalau calon pengantin itu punya impian wedding-nya seperti apa. Kita harus siapkan dari akad dan resepsinya seperti apa. Kalau ditanya biaya yang besarnya di mana, ini bisa disesuaikan dengan gambaran bujet calon pengantin,” katanya.

 

Jadi untuk para calon pengantin, ia menyarankan untuk membuat pengerucutan biaya pernikahan. Misalnya ingin mengundang berapa orang, ingin venue yang seperti apa, make-up oleh siapa, makanan apa saja, dekor yang bagaimana, semua bisa disesuaikan dengan bujet calon pengantin. “Untuk kenaikan harga itu biasanya tergantung bulan apa kita mau nikah. Kalau average sekitar 10 persen yah tiap tahun naiknya. Dari sisi makanan dan dekor, lalu at the end tuh ada saja biaya buat lain-lain,” ujar Farida.

 

Ini juga yang harus jadi perhatian mereka yang hendak menikah. Jangan mempersiapkan bujet yang terlalu pas, karena pada saat harinya, akan ada saja biaya pengeluaran tak terduga yang terkadang nominalnya lumayan besar. ''Menikah bukan hanya untuk satu hari, tetapi untuk kehidupan berkeluarga jangka panjang setelahnya. Jadi harus dipersiapkan dengan matang biaya pernikahan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan saja,'' kata dia.